BahwaTUHAN mengetahui semua hal yang Anda butuhkan. Jika Anda sudah berupaya dan bekerja keras, jangan pernah khawatir karena TUHAN akan terus berserta hambaNya. Ayat 10 : “ Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan .”. Pengkhotbah7 - Tafsiran/Catatan - Alkitab SABDA. Konteks. 7:1 Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran . 7:2 Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya. 7:3 Semakincepat laju alir eluen akan meminimalkan waktu yang dibutuhkan untuk melalui kolom sehingga meminimalkan difusi, menghasilkan pemisahan yang lebih baik. Namun, laju aliran maksimum perlu dibatasi karena analit memerlukan waktu tertentu untuk berada pada kesetimbangan antara fasa diam-fasa gerak, Vay Tiền Nhanh. SEORANG pemuda tinggal di sebuah bilik Masjid Jami’ at-Taubah, Suriah yang tengah didera kelaparan hebat. Tiga hari berlalu, ia belum juga memperoleh makanan. Pemuda itu memilih untuk mencuri sesuatu yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Ia berhasil masuk ke sebuah rumah. Di dalam dapur rumah itu, ia mendapatkan sebuah periuk berisi terong. Secepat kemudian ia mengambil satu terong dan memakannya. Saat makanan itu nyaris ditelan, akal dan nuraninya bekerja. “Aku berlindung kepada Allah, saya seorang pencari ilmu dan mukim di masjid, tapi kenapa saya melabrak rumah orang dan mencuri apa yang ada di dalamnya?” gumamnya. Perasaan bersalah dan menyesal menyelimutinya. Tak lupa ia beristighfar kepada Allah Subhanahu Wata’ala, seraya mengembalikan terong. Ia bergegas kembali ke masjid dan bergabung dalam halaqah taklim yang dipandu Syeikh Salim. Usai pengajian, Syeikh Salim memanggil sang pemuda tadi, “Apakah kamu sudah punya istri?” Jawabnya, “Belum.” Sambung Syeikh, “Apakah kamu ingin menikah?” Ia terdiam. Syeikh pun mengulangi pertanyaannya. Kemudian dia menjawab, “Ya Syeikh, kami tidak punya uang untuk membeli roti. Wallahi! Dengan apa saya harus menikah?” “Wanita ini telah bercerita pada saya bahwa suaminya telah meninggal dan dia terasing dari tanah airnya. Di negerinya, bahkan di dunia ini ia tidak punya sesuatu pun kecuali seorang paman yang lemah dan miskin. Dan ia juga ikut datang bersama wanita ini,” demikian ucap Syeikh sambil menunjuk ke pamannya yang duduk di sudut halaqah. Akhirnya pemuda itu siap menikahi si wanita tadi. Dan si wanita itu pun menerima pemuda tadi sebagai suaminya. Usai menikah, si wanita itu menuntun suaminya ke rumahnya. Sang istri bertanya kepada sang pemuda yang telah menjadi suaminya. “Engkau mau makan?” “Ya,” jawabnya. Saat sang istri membuka periuk, ia heran sambil berkata, “Siapa orang yang masuk rumah dan menggigit terong ini?” Si pemuda itu lalu menangis dan berkisah kepada istrinya. Dan sahutnya, “Inilah buah amanah. Engkau telah menjaga diri dari dosa dan meninggalkan terong yang haram, lalu Allah memberimu rumah seisinya lengkap dengan pemiliknya secara halal.” Disarikan dari kitab Man Taraka Syai’an Lillahi Awwadhallahu Khairan Minhu yang ditulis oleh Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi. Takut kepada Allah Ada ibrah penting yang bisa kita petik dari kisah di atas, bahwa rasa takut kepada Allah Subhanahu Wata’ala sangat penting dimiliki oleh setiap hamba. Lebih-lebih di zaman yang penuh fitnah ini. Halal dan haram yang ditetapkan oleh syariat sudah tak lagi menjadi rambu-rambu bagi manusia dalam berucap dan bertindak. Karena itu, agar bisa selamat, yang mesti dilakukan oleh setiap hamba adalah terus menumbuh-suburkan rasa takut kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Salah satu jalan yang bisa ditempuh yaitu dengan mempertebal keyakinan tentang pembalasan dan kecepatan penghisaban-Nya. Juga, bisa dengan cara merenungkan kengerian azab-Nya yang tak bisa ditolak oleh siapapun dan apapun. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman, “Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras.” Al-Buruuj [85] 12. Dengan cara tersebut, semoga rasa takut itu terus bersemi dalam hati. Bahkan, rasa takut itu makin kuat. Pada akhirnya rasa takut itulah yang akan melahirkan keteguhan diri. Seperti batu karang yang tetap kokoh di atas kebenaran, meski dihantam ombak fitnah zaman yang dahsyat. Meski kesempatan untuk berbuat yang haram terbuka lebar, ia tetap tak akan mengambilnya. Sebab, ia sadar bahwa Tuhannya selalu mengawasi. Baginya, tiada yang lebih ditakuti selain kemurkaan-Nya. Tiada yang lebih dirisaukan dalam kehidupan ini selain tak meraih keberkahan hidup dan rahmat dari-Nya. Diganti yang Lebih Baik Dengan berbekal rasa takut kepada Allah Subhanahu Wata’ala, seorang hamba akan mampu menentukan pilihan yang benar. Ia akan senantiasa memilih yang halal dan meninggalkan yang haram. Seperti dalam mengejar kekayaan, meski peluang mendapat kekayaan yang berlimpah itu membentang luas, tapi bila harus ditempuh dengan jalan yang haram, seperti menipu, korupsi dan sejenisnya, maka tidak akan mengambilnya. Pilihannya tetap pada cara yang halal, meski harta yang akan diperoleh jauh lebih sedikit. Sebab, baginya harta yang terbaik bukanlah yang berlimpah jumlahnya. Yang terbaik adalah yang halal dan dipergunakan di jalan yang halal. Harta seperti itulah yang berkah dan membawa keselamatan di dunia dan akhirat. Begitu pula dalam perkara lainnya, setiap orang beriman mutlak mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram. Sebab, dengan jalan itu Allah akan mengganti dengan yang lebih baik dan berbagai kemudahan dari Allah Subhanahu Wata’ala akan tercurah kepada kita. Sangat tak pantas bila tersedia banyak jalan yang halal, lantas memilih yang haram. Karena jika mengambil yang haram akan ditimpa kesulitan dan akan memberatkannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam menegaskan, “Sesungguhnya engkau, tidaklah kau tinggalkan sesuatu karena takut kepada Allah, kecuali Allah akan memberimu dengan sesuatu yang lebih baik darinya.” Riwayat Ahmad. Selain kisah di atas, kita juga patut mengambil spirit dari kisah manusia terdahulu yang diistimewakan Allah Subhanahu Wata’ala karena rela mencampakkan yang haram. Seperti Nabi Yusuf Alaihissalam. Beliau memilih mencampakkan perbuatan keji bersama istri Abdul Aziz, maka Allah pun melimpahkannya kedudukan terhormat di bumi Mesir. Juga, Nabi Sulaiman Alaihissalam. Tatkala ia rela menyembelih kudanya karena amat takut bila kudanya menyibukkannya hingga ia terlambat dari salat Ashar, maka Allah pun menundukkan angin untuknya yang berhembus sesuai keinginannya. Inilah bukti kebenaran janji-Nya. Dia akan memberi balasan istimewa bagi siapa yang meninggalkan perkara yang haram karena-Nya. Dengan spirit tersebut, kita tidak berat untuk segera meninggalkan yang haram menuju yang halal. Kita tidak berat untuk meninggalkan riba, kemudian beralih kepada bisnis yang halal lagi menguntungkan. Tidak berat meninggalkan korupsi dan menggantinya dengan kejujuran dan sikap amanah. Tidak berat meninggalkan cara-cara kotor dalam mencari rezeki dan menggantinya dengan cara-cara yang terpuji. Bahkan, dalam komunitas yang lebih besar, kita tidak berat untuk meninggalkan hukum jahiliyah yang batil, kemudian beralih kepada syariat-Nya yang dijamin kesempurnaannya. Dengan jalan seperti itu, semoga keberkahan dan rahmat Allah Ta’ala akan selalu tercurah dalam kehidupan kita. Allahu a’lamu bishshawab.*/ Masrokan. Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Hidayatullah - Ketika seseorang merasakan kehilangan sesuatu dalam hidupnya, merasa sedih itu pasti. Tapi alangkah indahnya kejadian tersebut dijadikan pembelajaran untuk kita berpikir. Bahwa sebenarnya Allah SWT itu tahu mana yang terbaik untuk kita, karena jika itu baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Mungkin ada banyak hal didalam hidupmu yang hilang. Dan menurutmu kamu telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga didalam hidupmu. Seolah-olah tidak akan lagi mendapatkan penggantinya dan tidak ada yang lebih baik darinya. Padahal saat kamu kehilangan dan pada saat Allah mengambil sesuatu yang sangat berharga d dalam hidupmu, tak lain semua itu hanya cara Allah agar kamu mendapatkan yang lebih baik lagi. Baca Juga Kunjungi Masjid Hazrat Imam, Sadiaga Minta Otoritas Setempat Bangun Prasasti Bung Karno ke Uzbekistan Sedangkan Allah mengambilnya dengan alasan karena Allah telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik dari yang Allah ambil darimu. Allah telah mempersiapkan sesuatu yang jauh lebih baik dari yang hilang darimu. Jika kamu kehilangan sesuatu yang menurutmu sangat berharga. Ketika Allah mengambil sesuatu dari hidupmu yang menurutmu begitu penting. Maka jangan pernah berpikir bahwa Allah tidak menyayangimu dengan mengambil sesuatu yang sangat berharga untukmu. Terkadang Allah hilangkan sesuatu yang kita sayang, karena Allah sedang menggantikan sesuatu yang lebih indah untuk kita.*** Terkini Allah ta’ala berfirman یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مَن یَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِینِهِۦ فَسَوۡفَ یَأۡتِی ٱللَّهُ بِقَوۡمࣲ یُحِبُّهُمۡ وَیُحِبُّونَهُۥۤ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِینَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَـٰفِرِینَ یُجَـٰهِدُونَ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ وَلَا یَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَاۤىِٕمࣲۚ ذَ ٰ⁠لِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ یُؤۡتِیهِ مَن یَشَاۤءُۚ وَٱللَّهُ وَ ٰ⁠سِعٌ عَلِیمٌ “Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad keluar dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya, Maha Mengetahui.” QS. Al-Ma’idah 54. Riddah الردة adalah kembali dari Islam kepada kekufuran atau kepada selain agama, atau meninggalkan salah satu rukun dari rukun – rukun Islam, seperti meninggalkan menunaikan zakat, secara terang – terangan dan teguh pendirian. Ayat ini turun kepada orang – orang yang murtad dari kabilah – kabilah pada masa Nabi shallallahu alaihi wasallam. Ada tiga kabilah yang murtad di masa Nabi shallallahu alaihi wasallam yaitu Mudlij dengan pemimpin mereka Aswad al-Ansi di Yaman. Ia adalah seorang dukun. Ia terbunuh di tangan Fairuz ad-Dailami. 2. Bani Hanifah kaum Musailamah al-Kadzab di Yamamah. Ia mengirim surat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dalam suratnya ia menyebutkan bahwasanya ia sekutu baginya. Juga bahwasanya bumi terbagi menjadi dua bagian. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam menulis kepadanya “Dari Muhammad Rasulullah kepada Musailamah al-Kadzab. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk. Adapun selanjutnya, Sesungguhnya bumi ini milik Allah; diwariskan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” Abu Bakar radhiyallahu anhu memeranginya dan Wahsyi yang dulu membunuh Hamzah paman Nabi namun telah bertaubat berhasil membunuh Musailamah. Saat itu ia berkata “Di masa jahiliyahku aku membunuh sebaik – baik manusia. Di masa Islamku aku membunuh seburuk – buruk manusia.” 3. Bani Asad di bawah Kepemimpinan Thulaihah bin Khuwailid. Ia dan kaumnya murtad di masa Nabi shallallahu alaihi wasallam. Abu Bakar memeranginya pada masa kekhalifahannya. Saat itu ia lari ke Syam dan masuk Islam kembali dengan keIslaman yang baik. Di Masa Abu Bakar terdapat 7 kabilah yang murtad, mereka adalah Ghathfan dengan pemimpinnya Qurrah bin kaumnya Uyainah bin Sulaim kaumnya al-Fuja’ah Abdul Yarbu’ kaumnya Malik bin kabilah Bani Tamim dengan pemimpinnya Sajah binti al-Mundzir, dukun wanita istrinya Musailamah. Kindah kaumnya al-Asy’ats bin Bakr bin Wail al-Huthami bin Zaid. Di masa Umar, Jabalah bin al-Aiham al-Ghassani murtad. Ia adalah orang yang kembali memeluk Nasrani di Syam hanya karena ketika ia thawaf di sekitar Ka’bah sarungnya diinjak oleh seorang laki – laki dari Fazarah sehingga Jabalah menamparnya dan melukai hidungnya. Laki – laki Fazara tersebut kemudian mengadu kepada Amirul Mu’minin Umar radhiyallahu anhu. Kemudian beliau memberi keputusan baik itu dimaafkan atau diqishash. Jabalah berkata “Apakah engkau akan mengambil qishash dariku padahal aku ini raja sedangkan ia rakyat biasa?” Umar berkata “Islam menyamakan kedudukan di antara kalian?” Kemudian ia meminta tenggat waktu hingga besok hari. Kemudian pada keesokan harinya ia pun telah melarikan diri. Dengan demikian secara keseluruhan ada sebelas kelompok yang murtad. Adapun kaum yang Allah datangkan yang mana Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah, mereka adalah Abu Bakar dan para sahabatnya. Dalam pendapat lain dikatakan mereka adalah kaum dari Yaman. Dikatakan juga mereka adalah kaumnya Abu Musa al-Asy’ari. At-Thabari menguatkan pendapat bahwasanya ayat – ayat tersebut turun mengenai kaumnya Abu Musa al-Asy’ari dari Yaman karena diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika membaca ayat ini beliau berkata “Mereka adalah kaumnya Abu Musa” Tafsir at-Thabari. Secara umum tema ayat ini adalah penjelasan mengenai kuasa Allah yang agung yang mengganti orang yang murtad dengan orang yang lebih baik bagi agamaNya dan dalam menegakkan syariat-Nya. Orang tersebut adalah orang yang lebih kokoh agamanya, lebih hebat kekuatannya, dan lebih lurus jalannya. Sebagaimana firman Allah ta’ala وَإِن تَتَوَلَّوۡا۟ یَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَیۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا یَكُونُوۤا۟ أَمۡثَـٰلَكُم “Dan jika kamu berpaling dari jalan yang benar Dia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan durhaka seperti kamu ini.” QS. Muhammad 38. إِن یَشَأۡ یُذۡهِبۡكُمۡ أَیُّهَا ٱلنَّاسُ وَیَأۡتِ بِـَٔاخَرِینَۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ ذَ ٰ⁠لِكَ قَدِیرࣰا “Kalau Allah menghendaki, niscaya dimusnahkan-Nya kamu semua wahai manusia! Kemudian Dia datangkan umat yang lain sebagai penggantimu. Dan Allah Mahakuasa berbuat demikian.” QS. An-Nisa’ 133. إِن یَشَأۡ یُذۡهِبۡكُمۡ وَیَأۡتِ بِخَلۡقࣲ جَدِیدࣲ ۝ وَمَا ذَ ٰ⁠لِكَ عَلَى ٱللَّهِ بِعَزِیزࣲ “Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru untuk menggantikan kamu, dan yang demikian itu tidak sukar bagi Allah.” QS. Ibrahim 19-20. Wahai kaum mu’minin, barangsiapa yang kembali dari haq kepada batil. Sehingga ia meninggalkan agamanya di masa mendatang. Maka Allah akan mendatangkan kaum yang mana mereka akan menggantikan kalian. Al-Qur’an mensifati kaum tersebut dengan enam sifat ta’ala mencintai mereka. Yakni Allah ta’ala memberi mereka balasan dengan sebaik – baik pahala atas ketaatan mereka, memuliakan mereka, melipatgandakan pahalanya, dan ridho terhadap mereka. 2. Mereka mencintai Allah ta’ala. Yakni dengan mengikuti perintahNya, menjauhi laranganNya, mentaatiNya, mengharapkan keridhoanNya, dan menjauhi apa saja yang dapat mendatangkan murkaNya serta hukumanNya. 3 & 4, lemah lembut terhadap kaum mu’minin, keras terhadap kaum kafir. Yakni berkasih sayang dan rendah hati kepada kaum mu’minin, sangat keras kepada kaum kafir yang memusuhi mereka. Kedua sifat tersebut semisal dengan firmanNya ta’ala مُّحَمَّدࣱ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِینَ مَعَهُۥۤ أَشِدَّاۤءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَیۡنَهُمۡ “Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” QS. Al-Fath 29. Allah juga berfirman mengenai kemuliaan keimanan وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِینَ “Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin.” QS. Al-Munafiqun 8. 5. Mereka berjihad di jalan Allah sabilillah. Yakni mereka berperang dalam rangka menegakkan kalimat Allah dan agamaNya. Sabilillah adalah jalan kebenaran, kebaikan, keutamaan, dan tauhid yang menyampaikan kepada keridhoan Allah, termasuk juga mempertahankan tanah air, keluarga, dan rumah – rumah mereka. 6. Tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Mereka tidak takut celaan, protes, dan kritik dari seorang pun atas kokohnya mereka dalam beragama. Karena mereka beramal untuk membenarkan yang haq dan menghapuskan yang batil. Berbeda dengan orang – orang munafik yang takut dengan celaan aliansi mereka dari kalangan Yahudi. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Yakni sifat – sifat kaum yang disebutkan menggantikan orang – orang murtad yaitu kecintaan dan kasih sayang mereka kepada kaum mu’minin, keras kepada orang kafir, mujahadah, dan jauh dari takut celaan, adalah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Ia kehendaki. Ia memberi taufik bagi siapa yang diinginkan. Allah Mahaluas yakni pemilik keluasan pada apa saja yang dimiliki dan memberikan banyak sekali karunia kepada mereka. Allah Maha Mengetahui orang – orang yang mendapatkannya. Allah Maha luas karunianya dan Maha mengetahui orang – orang yang berhak mendapatkannya serta orang – orang yang tidak berhak mendapatkannya. Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang – orang yang murtad dari Islam dan semoga juga kita senantiasa memiliki keenam sifat orang – orang yang menggantikan mereka sebagaimana disebutkan oleh Allah ta’ala tersebut. Wallahu alam bi as-shawab. Rujukan Tafsir Al-Munir karya Syaikh Wahbah Zuhaili.

allah akan mengganti yang lebih baik